30 November 2010

Subhanallah! Rahasia Hutan Bagian Utara Gunung Phamatun.

Gunung Phamatun, salah satu simbol atau tanda kebesaran Allah SWT. Diam-diam menyimpan wahana yang dapat dikatakan hebat.

Salah satunya adalah Air terjun sebagaimana gambar disamping. Tingginya diperkirakan mencapai kurang lebih 15-20 meter diatas struktur batu gunung yang keras dan sudut elevasi mencapai 85-90 derajad.

Selama bertahun-tahun, keberadaan air terjun ini tidak pernah terungkap dan diungkapkan. Mungkin dikarenakan lokasi air terjun yang terpencil dan merupakan tempat tumbuhnya sejumlah paritas flora yang cukup besar seperti anggrek dan lain-lain, sehingga lokasi ini patut dirahasiakan. Ekspedisi pada tanggal 01-02 Juli 2010 silam, 2 (dua) orang anggota ORPALA PAWANA setelah menjelajah bagan-bagan hutan yang sangat lebat dan rapat, serta kecuraman yang mencapai 65-70 derajat, di hutan bagian tengah (hutan bagian utara) gunung phamatun, menemukan sebuah gua berbentuk kubus dengan kedalaman sekitar 3 (tiga) meter (konon menurut penunggu gunung, gua tersebut merupakan bikinan manusia dengan menggunakan tangan kosong). Serta sebuah air terjun besar tidak jauh dari gua (sebelah barat gua) yang memiliki ketinggian kurang lebih 15-20 meter dan lebar kurang lebih 6 meter. Sampai saat ini, diperkirakan tidak banyak orang yang mengetahui akan keberadaan wahana air terjun ini.

Penemuan lainnya :




Batu gunung yang Berkarang sebagaimana Batu Karang di laut di sepanjang aliran sungai menuju kaki gunung yang berhulu di air terjun.




Batu berbentuk seperti sebuah Prasasti / Monumen / Tugu, yang seakan bertulisan dalam bahasa tertentu.

Sebelumnya, keberadaan wahana ini hanya disampaikan secara "gaib" oleh "orang tak kasat mata" penghuni gunung phamatun ini. Belum ada yang menyampaikannya secara langsung tentang lokasi ini.


[ Read More.. ]

29 November 2010

Naskah Deklarasi Organisasi Pecinta Alam Pawana (ORPALA PAWANA) Indonesia

Kami,

terdiri dari para pemuda yang sering pergi ke hutan dan menjelajahinya
mendaki gunung
memanjat dinding-dinding batu
dan menyusuri arus-arus

tidak menyebut diri sebagai pecinta alam

kami tidak belajar tentang kompas dan peta untuk menjelajah
kami tidak belajar menyimpul tali untuk mendaki dan memanjat
tidak mendayung karet perahu untuk mengarung
tidak semudah itu

yang kami lakukan hanya

berada di gunung dan hutan dan menjelajahinya untuk belajar dari pengalaman

lebih dari itu kami hanya melepas kelelahan-kelelahan
sambil merawat dan menjaga diri dan lingkungan yang kami kunjungi
sambil merawat dan menjaga kehormatan diri kami terhadap Tuhan dan kesopanan
sambil merawat dan menjaga hutan dan gunung dari orang-orang yang salah kaprah
sambil merawat dan menjaga kemampuan diri dan kecardasan kami atas ilmu pengetahuan dan intelektualitas
hingga kami dapat kembali pada hari-hari kami dengan tenang

tiada arah yang kami satukan
tetapi kami menuju satu tujuan

[ Read More.. ]