13 November 2011

HARATAI - LOKSADO - HSS

Yah! Walaupun bukan yang pertama, but masih OK banget lah buat dikunjungi.
Air Terjun Haratai - Loksado - HSS

          Loksado terletak di sebelah Timur Kota Kandangan, jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke sana kurang lebih 40 km dan menghabiskan waktu sekitar satu jam. Jalan yang berliku dan berkelok-kelok serta udara tanpa polusi membuat perjalanan menjadi menyenangkan. Dulunya kurang lebih 1 km dan 15 menit berjalan kaki dari Desa Hulu Banyu Loksado namun kini dengan dibangunnya fasilitas jalan bentukan semen cor kita dapat dengan mudah mencapai air terjun dimaksud.

         Kebetulan sekitar tanggal 4 November 2011 ini, presiden ORPALA PAWANA berkunjung ke Kal-Sel sehingga dapatlah kami mengajaknya ikut serta (yah! walaupun dia yang mengusulkan duluan, hehehe...).

         Jika ingin merasakan segala kebaikan alam, datanglah ke Loksado, pemukiman masyarakat Dayak-Meratus di hulu Sungai Amandit, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan. Selain alamnya yang asri, di sana juga terdapat rumah panjang suku Dayak (Balai Malaris), air terjun Haratai, Danau Bangkau, Bukit Kantawan dan pemandian air panas Tanuhi. But dalam ini kami hanya mengekspose Air Terjun Haratai karena mungkin bagi kami, Haratai ini yang paling keren.

Pertama, setelah lepas dari kota Kandangan kita menumui jalan berkelok-kelok menanjak dan menurun lumayan tinggi di siringan pegunungan dan samping-menyamping jurang-jurang yang cukup dalam, but akan sangat mudah melewatinya karena jalan yang beraspal.



Sebelum memasuki kawasan jurang, kita akan menjumpai Taman Makam Pahlawan. Kebetulan saat kami ke sana, bertepatan pada tanggal 09 November (besok harinya adalah hari Pahlawan Nasional) jadi kami menyempatkan diri mengheningkan cipta, mendoakan para pahlawan yang telah gugur maupun telah wafat dengan berbagai hal.



 
Makam pada saat itu tengah dibersihkan karena akan adanya upacara keesokan harinya.





Sebagaian nama pahlawan tersebut ada terpampang, namun sebagian besar lainnya tidak dikenali. So tidak diketahui, apakah mereka dimakamkan sejak wafat atau dipindahkan.

Beranjak dari situ, kami melanjutkan perjalanan dan sebentar singgah untuk makan siang. Kembali melanjutkan perjalanan, kami dimanjakan dengan pemandangan yang sungguh memukau, dengan bentang alam yang begitu indahnya. 


 Pepohonan yang menghijau, bukit-bukit yang mempesona dan dinding-dinding batu kapur yang terlihat gua-gua indah di samping-sampingnya.





Hingga beberapa kilometer dari sana barulah dapat kita lihat dengan jelas gugusan pegunungan Meratus yang begitu memukau dengan menampakan kekokohan dan misteri yang tersimpan di dalamnya.





Mungkin sekali waktu kita adakan Ekspedisi khusus, menjelajahi pegunungan tersebut dan melihat begitu besar dan indah ciptaan Tuhan YME satu ini.





Ketika memasuki daerah Hutan belakang pedesaan, kita akan berjalan dalam hutan lebat dengan Aliran sungai yang menyejukan mata di sepanjang perjalanan. Melewati sekitar 4 jembatan gantung dan beberapa jembatan kecil.






Jembatan-jembatan berusia lumayan tua dengan tumbuhan lumut-lumut di kekayuan, menambah klasiknya suasana di sana.








Hingga jembatan terpanjang kita temui, disana kita akan mendengar desiran cukup kencang dan itulah akhir perjalanan kita menuju Air Terjun Haratai, tinggal beberapa puluh meter lagi kita akan menemukan dasyatnya ciptaan Tuhan yang satu ini.







Air terjun berukuran tinggi kurang lebih 10 meter dan melabar sekitar 4 meter serta kedalaman hingga 4 sampai 5 meter ini diberi nama Air Terjun Haratai I. Terletak di desa Haratai, suatu pemukiman orang Dayak Meratus, orang-orang Dayk di sini wajahnya tampak serupa (mirip-mirip), yang lelaki "bungas-bungas" dan yang perempuan canti-cantik (so, kami kalah tadah deh kalo kepingin gadis desa di sana, habis lebih ganteng dan gagah cowok-cowok dayak di sana dari pada kami yang memang sih "cengengesan + pas-pasan", hehehe... liat aja di samping nih! Mana ada gadis di sana terpukau).










Okeh! Lanjut,,,

Setelah merasakan segarnya udara di kaki air terjun, kami pun tidak tunggu lama untuk merasakan airnya yang tampak sejuk dan dingin. Setelah nyebur, nggak nyangka! "Dingin Banget Nie Aer". Wuuuihhh.... 





Hampir sama dingin dengan Air lelehan Es, jadi seakan-akan mandi di genangan balok es. Begitu dingin dan begitu segarnya, hingga lupa waktu dan lupa bawa tolak angin, hehehe...





Sekitar beberapa jam di sana, setelah dingin sudah begitu menusuk, barulah kami beranjak pulang dengan gembira. Yah! Walaupun di sepanjang perjalanan pulang, kami senantiasa ditemani hujan dan dingin, mengingat apa yang telah dikunjungi, hati pun tetap terasa senang.

Menyempatkan diri, kami mengunjungi situs bersejarah dari Divisi 4 ALRI yang membawa berita kemerdekaan bagi rakyat Kalimantan Selatan enam puluh lima tahun lebih silam.









Brigjen H. Hasan Basri, tertanda dalam batu berjudulkan PROKLAMASI! dan MERDEKA! itu tampak begitu tegas, dengan kata-kata yang membakar semangat. By the way, sedikit cerita tentang Hasan Basri, ada sedikit singgungan sejarah tentang bagaimana beliau menyeberang ke kalimantan dengan selamat. Dulu sekali, setelah kemerdekaan diproklamirkan di Jakarta, negara yang akan terbentuk perlulah mempersatukan bangsa dengan mengirimkan banyak tentara dan perwira untuk memimpin perjuangan dari Jawa ke pelosok-pelosok nusantara, nah untuk wilayah Kalimantan Selatan itu ialah Divis 4 ALRI yang dipimpin oleh Brigjen Hasan Basri, nah kebetulan pula pada masa itu akan sangat sulit bagi seorang militan memasuki kawasan-kawasan tertentu, hingga harus ada cara untuk "menyelundupkan" para perwira tersebut. Dalam hal ini, kebetulan saya pernah dengar cerita dari orang tua saya, bahwa Kakek saya juga berjasa dalam memindahkan Hasan Basri ke tanah kalimantan ini. Saya percaya dan cukup bangga, sebab memang setahu saya, kakek saya itu merupakan seorang kerani (juru tulis belanda) pada masa itu, hingga beliaulah yang menguruskan surat-menyurat hingga Hasan Basri dapat menyeberang dengan selamat tanpa kecurigaan dari pihak musuh. Entah benar atau tidak, Siapa Peduli, ya kan?! hehehe... (tapi saya peduli, karena itu kakek saya juga bisa dikatakan pahlawan donk!).

Ok lah kalo begitu.
Demikian yang bisa kami sampaikan,
dan,,,
SAMPAI JUMPA DI EKSPEDISI SELANJUTNYA!
Wassalam...

No comments:

Post a Comment