13 April 2012

BERKEMAH DI PUNCAK AIR TERJUN PEMATON

Sabtu, 25 Februari 2012. Menapaki kembali jejak-jejak nan telah memudar di Kiram, mengembalikan ingatan akan waktu yang lampau di bukit yang satu ini. Pamaton yang dulu dikatakan dalam mitos masyarakat Kalimantan Selatan sebagai pusat perhelatan Alam Gaib kini telah menjadi cangkang belaka dengan berpindahnya pusat perhelatan tersebut entah ke mana. Tinggalah penunggu-penunggu dari kaum dedemit dan sisa-sisa peradaban Alam Gaib yang tersisa walaupun tetap menjadi jembatan bagi "Kerajaan" untuk menuju.

Gambar : (Yah, Biasa lah... Narsis depan kamera)



Air Terjun dan gua Pematon yang terletak di hutan sudut bagian barat gunung Pematon, walaupun tetap menjadi tempat yang tertutup dan terjaga bagi masyarakat pada umumnya, sampai pada saat kami tiba merupakan tempat yang katakanlah "Angker" dengan penungu dari kaum dedemit dan jin atau lain sebagainya.



Kami memilih untuk mendirikan bievack di puncak air terjun yang walaupun pada akhirnya sulit untuk merebahkan diri sebab berdasar bebatuan yang tidak rata. Akan tetapi, tetaplah tempat tersebut menjadi tempat yang tenang bagi kami untuk beristirahat sejenak, melupakan hari-hari kota yang melelahkan.

Kelebihan tersendiri bagi air terjun ini, berada tepat menghadap ufuk barat, sehingga secara jelat dapat dilihat dari puncak air terjun, pemandanga sunset atau tenggelamnya matahari kala senja tiba. Walaupun dihantui jurang tebing batu air terjun yang tinggi melebihi Air Terjun Haratai (Loksado) ini, suasana di perkemahan kami tetap terasa khidmad dengan alunan suara serangga dan derisar angin yang sejuk menerpa. Andaikata air terjun ini secara penuh air mengalir di atasnya, maka akan terlihat sangat indah dan mengalahi Haratai III di Loksado (dari segi ketinggian).




Sayang seribu sayang jikalau air terjun semacam ini nantinya menjadi wadah pariwisata, sebab mungkin tidak semua dari pengunjung dapat menjaga kelestarian alamnya.



Mungkin secara implicit, pada dasarnya kami tidak setuju dengan pengadaan pembukaan lahan di sekitar gunung, sebab panorama alamiah semacam ini akan sangat terganggu olehnya. Semoga di hari depan, Pematon tetap ada, tetap alamiah, tetap indah, hingga ketika anak-anak cucu yang melihat foto-foto kita di gunung Pematon bersama keindahan terselubungnya dapat dilihanya juga suatui hari nanti.







 SAMPAI JUMPA DI EKSPEDISI SELANJUTNYA

No comments:

Post a Comment