13 April 2012

BERKEMAH DI PUNCAK AIR TERJUN PEMATON

Sabtu, 25 Februari 2012. Menapaki kembali jejak-jejak nan telah memudar di Kiram, mengembalikan ingatan akan waktu yang lampau di bukit yang satu ini. Pamaton yang dulu dikatakan dalam mitos masyarakat Kalimantan Selatan sebagai pusat perhelatan Alam Gaib kini telah menjadi cangkang belaka dengan berpindahnya pusat perhelatan tersebut entah ke mana. Tinggalah penunggu-penunggu dari kaum dedemit dan sisa-sisa peradaban Alam Gaib yang tersisa walaupun tetap menjadi jembatan bagi "Kerajaan" untuk menuju.

Gambar : (Yah, Biasa lah... Narsis depan kamera)

[ Read More.. ]

13 November 2011

HARATAI - LOKSADO - HSS

Yah! Walaupun bukan yang pertama, but masih OK banget lah buat dikunjungi.
Air Terjun Haratai - Loksado - HSS

          Loksado terletak di sebelah Timur Kota Kandangan, jarak yang harus ditempuh untuk sampai ke sana kurang lebih 40 km dan menghabiskan waktu sekitar satu jam. Jalan yang berliku dan berkelok-kelok serta udara tanpa polusi membuat perjalanan menjadi menyenangkan. Dulunya kurang lebih 1 km dan 15 menit berjalan kaki dari Desa Hulu Banyu Loksado namun kini dengan dibangunnya fasilitas jalan bentukan semen cor kita dapat dengan mudah mencapai air terjun dimaksud.

         Kebetulan sekitar tanggal 4 November 2011 ini, presiden ORPALA PAWANA berkunjung ke Kal-Sel sehingga dapatlah kami mengajaknya ikut serta (yah! walaupun dia yang mengusulkan duluan, hehehe...).

         Jika ingin merasakan segala kebaikan alam, datanglah ke Loksado, pemukiman masyarakat Dayak-Meratus di hulu Sungai Amandit, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), Kalimantan Selatan. Selain alamnya yang asri, di sana juga terdapat rumah panjang suku Dayak (Balai Malaris), air terjun Haratai, Danau Bangkau, Bukit Kantawan dan pemandian air panas Tanuhi. But dalam ini kami hanya mengekspose Air Terjun Haratai karena mungkin bagi kami, Haratai ini yang paling keren.

Pertama, setelah lepas dari kota Kandangan kita menumui jalan berkelok-kelok menanjak dan menurun lumayan tinggi di siringan pegunungan dan samping-menyamping jurang-jurang yang cukup dalam, but akan sangat mudah melewatinya karena jalan yang beraspal.

[ Read More.. ]

22 October 2011

Menikmati SUNRISE di Punggung Gunung Bukit Besar TAHURA Mandiangin

Beberapa bulan vakum hiking, ternyata tidak mengurangi semangat untuk kembali menyaksikan penomena alam, cipataan Tuhan Yang Maha Esa, berikut ini merupakan keindahan yang sempat di abadikan ketika melaksanakan salah satu agenda ORPALA PAWANA, tanggal 09 s.d. 10 Oktober 2011 lalu.


[ Read More.. ]

31 July 2011

Menikmati SUNSET di Puncak Gunung Pematon

Pendakian pada hari sabtu 30 Juli 2011 lalu mengurangi rasa rindu akan kencangnya desiran angin puncak bersejarah gunung Pematon. Mendaki walaupun tersa pilu melihat rerumputan perdu dan pepohonan yang seingatku beberapa bulan lalu masih menghijau di kaki gunung ini, kini habis terbakar bahkan pada saat itu masih penuh dengan bara api.

Diambil dari atas punggungan (bukit) pertama.

dari foto ini tampak hehangusan hingga kaki gunung, akan tetapi syukurlah pada puncaknya masih terlihat menghijau.

Yah seperti biasanya, pemandangan dari puncak gunung ini selalu tampak indah dan menyejukan, pemandangan hamparan pegunungan meratus dan lainnya di selatan membujur timur dan barat, hamparan hutan dan perkebunan di barat serta pemandangan Bukit Besar ataupun Tahura dan lainnya di sebalah utara ke timur.


begitu pula dengan pemandangan proses tenggelamnya matahari mengakhiri siang hari itu terlihat begitu mempesona, meski ditutupi dengan kabut asap yang mengatmosfer tetap saja membuat matahari itu terlihat indah, bulat jelas tanpa silau memandangnya.






semoga ini akan tetap terjaga dari masa-kemasa, hingga anak cucu kita kelak.

Lihatlah sendiri lain kali kawan.
[ Read More.. ]

20 June 2011

"THE LAST BASECAMP"

"Gersang bang!" rasanya kata dari salah satu calon purna siswa kami beberapa saat yang lalu ini seakan menjadi kenyataan yang tampak jelas ketika ku duduk di atas sebuah tebing batu sekitar 3 meter dari dasarnya itu. Menghadap dan memandang hamparan waduk kecil seukuran separo dari lapangan bola Dr. Murdjani Banjarbaru, yang dulunya hanya segaris sungai kecil di ketinggian sekitar 2300 m DPL itu. Sejenak mengingat, 2 tahun yang lalu biasanya kami mendirikan tenda-tenda kami cukup dipinggiran sungai itu, sambil menikmati sejuknya pepohonan yang masih tampak asri nan kini tinggal kenangan.



Tumbangan kekayuan rapuh, ranting-ranting patah dan serpihan-serpihan kerinduanku akan basecamp ke 2 kami ini seakan semakin menghantui langkahku meninggalkannya pulang ke rumah. Rasanya, baru setengah tahun dari perjalanan terkhir ke sana, sudah menghapuskan segalanya. Apa lagi yang bisa kulakukan dan kami lakukan, menyaksikan sendiri bagaimana keindahan salah satu arus alam ini di rubah menjadi bendungan kecil untuk pengairan masyarakat desa, sekitar 4 km darinya. Bagaimana bisa ditahan lagi pilu, menyaksikan puluhan sak semen di tumpuk, pipa-pipa paralon ukuran besar di tanamkan hingga bebatuan-bebatuan alam tempat kami biasanya merebahkan diri memandang hamparan alam itu dibongkar, dipecahkan dan dibangunkan sebuah bendungan. Apa lagi yang harus dan bisa kami lakukan.

Sabtu-Minggu, 04-05 Juni 2011 pendakian yang sempat lama tertunda itu memberikan pandangan yang memilukan bagiku.Betapa tidak meter demi meter yang kami temukan hanyalah puing, puing kenangan yang bahkan menjadi satu-satunya keindahan, musnah. Namun Syukurlah, basecamp utama Batu Hirang ku rasa masih aman untuk sementara waktu.


Sudah pilu ini menghantuiku, betapa terkejutnya diri ini melihat dari kejauhan, bukit-bukit pesanggrahan kami yang pertama juga terlihat gundul dan gersang, tidak ayal, setelah kami kunjungi, tanjakan-tanjakan yang dulu masih sangat lebat dengan rerumputan tebal, kini berubah menjadi ladang bagi masyarakat setempat.

[ Read More.. ]